Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada
umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase
permukaan , dan gua. Bentang alam atau morfologi karst terbentuk akibat proses
karstifikasi dan proses pelarutan kimia yang diakibatkan oleh aliran permukaan.
Karst yang baik harus mengandung potensi mineral kalsit sekitar70-90% hal ini
dimaksudkan dengan kegiatan pelarutan yang ada. Suatu kawasan karst mempunyai
karakteristik yang khas, baik wilayah permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan
(endokarst).
Karst hanya dijumpai di tempat-tempat tertentu. Pada awalnya
pengertian karst merujuk pada nama bentang alam “karst” ditimur kota Trieste,
Slovenia. Karena kekhasannya istilah karst kemudian dipakai untuk menyebut
semua kawasan batu gamping yang telah mengalami suatu proses kelarutan. Karst
merupakan suatu wilayah batu gamping yang ditandai oleh adanya cekungan, lereng terjal, tonjolan bukit berbatu gamping
tak beraturan, gua, mempunyai system aliran air bawah tanah.
1. Ciri-Ciri Karst
Penciri karst sangat beraneka ragam secara garis besar dilihat dari mayor dan minornya:
1. Untuk minor bisa berupa lapis, karst
split, parit karst, palung karst, speleothem dan fitokasrt.
2. Untuk mayor bisa berupa surupan,
uvale, polje, jendela karst, palung karst, gua, terowongan alam.
2.
Proses Pembentukan Karst
Proses
pembentukan karst melibatkan apa yang disebut sebagai “Karbon dioksida
kebawah”. Hujan turun melalui atmosfer dengan membawa karbon dioksida terlarut
dalam tetesan. Ketika hujan sampai ditanah, ia terperkolasi melalui tanah dan
menggunakan lebih banyak karbon dioksida. Infiltrasi air secara terus - menerus
secara alami membentuk retakan - retakan dan lubang pada batuan. Dalam periode
waktu yang lama, dengan suplai karbon dioksida terus - menerus yang kaya air,
lapisan karbonat mulai melarut.
3.
Bentuk-bentuk Sisa Pelarutan :
A. Kerucut Karst
Bukit Kars yang berbentuk kerucut
dan berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi/bintang (Bloom, 1979).
B. Menara Karst
Bukit
sisa pelarutan dan erosi berbentuk menara dengan lereng yang terjal, tegak atau
menggantung, terpisah satu dengan yang lain dan dikelilingi oleh dataran
alluvial.
C. Mogote
Bukit
terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh
dataran alluvial yang hampir rata (Flat).
D. Vaucluse
Gejala
karst yang berbentuk lubang tempat keluarnya aliran air tanah.
E. Turm Karst
Lingkungan
karst yang berupa bukit-bukit kars (Kerucut kars) yang saling berhubungan
antara satu dengan yang lain.
4.
Potensi Kawasan Karst
1. Potensi Ekonomi
Semakin meroketnya jumlah penduduk
tak ayal lagi membuat manusia berusaha untuk bertahan hidup. Gua yang umumnya
di jumpai dikawasan karst sudah lama dijadikan manusia sebagai hunian. Selain
sebagai hunian, kawasan karst juga tempat untuk pertanian/peternakan,
perkebunan, kehutanan, penambangan batu gamping, penambangan guano (kotoran
kelelawar), penyediaan air bersih, air irigasi dan perikanan, serta
kepariwisataan.
Salah satu pemanfaatan yang
merugikan adalah penambangan batu gamping. Dengan menggunakan bahan peledak
akan menganggu hewan didalamnya (kelelawar, burung walet). Pemanfaatan yang
baik untuk kelestarian kawasan karst adalah pariwisata yang selalu berusaha untuk
mempertahankan keaslian dan keunikan kawasan karst tersebut.
2. Potensi Sosial
Nilai sosial-budaya kawasan karst
selain menjadi tempat tinggal juga mempunyai nilai spiritual/religius,
estitika, rekreasional dan pendidikan. Banyak tempat di kawasan karst yang
digunakan untuk kegiatan spiritual/religius. Banyak aspek hubungan antara
manusia dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat spiritual khususnya dengan
keyakinan masyarakat dengan fenomena alam di sekitarnya seperti halnya gua.
Hubungan antara manusia dan alam disekitarnya pada dasarnya akan memberikan
pelajaran kepada manusia bagaimana melestarikan alam dan dekat dengan Sang
Penciptanya.
3.
Berikut adalah wilayah karst di
Indonesia :
1. Gunung Leuser (Aceh)
2. Perbukitan Bohorok (Sumut)
3. Payakumbuh (Sumbar)
4. Bukit Barisan, mencakup Baturaja
(Kabupaten Ogan Kombering Ulu)
5. Sukabumi selatan (Jabar)
6. Gombong, Kebumen (Jawa Tengah)
7. Pegunungan Kapur Utara, mencakup
daerah Kudus, Pati, Grobogan, Blora dan Rembang Jawa Tengah)
8. Pegunungan Kendeng, Jawa Timur
9. Pegunungan Sewu, yang membentang
dari Kabupaten Bantul di barat hingga Kabupaten Tulungagung di timur.
10. Sistem perbukitan Blambangan, Jawa
Timur
11. Perbukitan di bagian barat Pulau
Flores, tempat lokasi banyak gua, salah satu di antaranya adalah Liang Bua (Nusa
Temggara Timur, NTT)
12. Perbukitan karst Sumba (NTT)
4. Bentuk
Lahan Karst
Bentuk lahan yang terjadi pada
daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuk lahan negative
dan bentuklahan positif.
1.
Bentuk lahan Negatif
Bentuk
lahan negative dimaksudkan bentuk lahan yang berada dibawah rata-rata permukaan
setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban. Bentuk lahan
- bentuk lahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit,
blind valley.
A.
Doline
Doline merupakan bentuk lahan yang
paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang,
karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat dari
proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat
konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut,
perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal
akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya di daerah iklim sedang) merupakan
proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah, sedangkan bukit-bukit karst
merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline.
Doline merupakan suatu istilah yang
mempunyai banyak sinonim antara lain, sink, sinkhole, cockpit, blue hole,
swallow hole, ataupun canote. Doline itu sendiri telah diartikan oleh Monroe
(1970) sebagai suatu ledokan atau lobang yang berbentuk corong pada batu gamping
dengan diameter dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa
meter hingga ratusan meter. Karena bentuknya cekung, doline sering terisi oleh
air hujan, sehingga menjadi suatu genangan yang disebut danau doline.
Berdasarkan genesisnya, doline dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu, doline solusi, doline terban, dan doline alluvial
dan doline reruntuhan. (Faniran dan Jeje, 1983)
1. Doline reruntuhan
Doline reruntuhan ini terjadi
sebagai akibat dari proses pelarutan yang ada di bawah permukaan yang
menghasilkan rongga bawah tanah. Rongga bawah tanah tersebut atapnya runtuh,
hingga mengasilkan cekungan atau depresi dipermukaan. Doline seprti ini
mempunyai lereng yang cukup curam-curam terdiri dari lapisan batuan yang keras
dan menurun secara tiba-tiba.
2. Doline Solusi
Doline solusi terjadi karena telah
berlangsungnya proses solusi/pelarutan tanpa mendapat gangguan lain terhadap
batuan. Doline seperti ini terjadi secara perlahan-lahan akibat larutnya
batuangamping ke dalam tanah oleh air yang meresap melalui joint atau
rekahan-rekahan pada daerah batugamping.
3. Doline Terban
4. Doline Alluvial
Doline aluvial ini terjadi sebagai
akibat karena pelarutan oleh air yang mengalir yang kemudian menghilang ke
dalam tanah. Adanya proses tersebut terbentuk doline aluvial.
B. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang
luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau doline. Uvala memiliki
dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan
karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai
dasarnya tidak serata polje (Whittow, 1984)
C. Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang
luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari beberapa goa, dan
biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
D. Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang
mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi
lenyap dibawah tanah.
2.
Bentuklahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam
bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst
A. Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu
bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut,
yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit - cockpit inisialing
berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola
kekar.
B. Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang
berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill atau pinnacle karst.
Turmkarst merupakan bentukan positif
yang merupakan sisa proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas
perbukitan belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara
dataran alluvial.
C. Stalaktit Dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing
yang menghadap kebawah dan menempel pada langit-langit goa yang terbentuk
akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya banjir. Stalakmit
hamper mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap
keatas.
Kawasan
karst peka terhadap erosi, terutama apabila derajat kemiringan tebing-tebingnya
besar, seperti pada conical atau towerkarst. Erosi tidak selalu berupa erosi
permukaan, dimana tanah terhanyut oleh sungai-sungai permukaan di musim hujan
ke daerah-daerah yang letaknya lebih rendah atau cekungan-cekungan, tetapi di
kawasan karst, yangpenting ialah erosi melalui rekahan-rekahan yang dijumpai
pada hampir seluruh lapisan batu gamping. Melalui rekahan-rekahan atau
celah-celah ini, tanah akan dihanyutkan oleh air hujan dan sungai permukaan
yang biasanya hanya mengalir sewaktu hujan, ke dalam rongga-rongga di bawah
tanah. Jumlah rekahan, arahan dan luasnya tergantung pada berbagai faktor,
seperti litologi, gerakan tektonis, porositas intragranuler batu gamping dan
tebalnya humus yang menutupi tanah kawasan karst.
Jenis
tanaman karst di daerah-daerah yang belum dijamah manusia memang ada yang
endemis, dan hanya tumbuh pada kawasan karst tersebut karena mempunyai afinitas
terhadap susunan batu gamping di tempat itu. Erat hubungannya dengan endemisme
vegetasi tersebut, kiranya dapat dihubungkan adanya beberapa jenis fauna yang
endemis untuk suatu daerah karst.
Misalanya, keong-keong tertentu bahkan ada
satu jenis keong yang hanya didapati di satu bukit batu gamping tertentu di
Malaysia.
Penyebaran
jenis tanaman di suatu kawasan karst dapat terjadi melalui burung (aviafauna :
biji-bijian, spora) atau melalui hembusan angin (spora) dan arus air permukaan
(biji-bijian, spora, kecambah, anakan,dsbnya). Kegiatan manusia mulai dari
penggundulan hutan atau agrikultur juga akan merubah tata tanaman di suatu
lingkungan karst. Penanaman kembali beberapa jenis flora juga akan merubah pola
tumbuh-tumbuhan di kawasan karst, sehingga silvikultur akan berubah sebagian
atau total. Hidrologi yang khas untuk setiap kawasan karst yang dapat berbeda
dari suatu kawasan karst dengan yang lain, ketinggian di atas permukaan laut
yang berbeda pula, iklim (curah hujan) yang berlainan, susunan tanah yang
bervariasi (derajat keasaman, kandungan mineral, kimiawi tanah, mikrofauna
tanah) juga akan mempengaruhi sukses tidaknya, lama atau sebentarnya beberapa
jenis tumbuhan dapat berkembang.
Apabila
kondisi menguntungkan, maka jenis-jenis tanaman tertentu akan tumbuh dengan
baik sejak semula. Tetapi bila kondisi kurang menguntungkan, maka mula-mula
akan terlihat betapa sulitnya sejenis tumbuhan yang diintroduksi itu hidup, bahkan
mungkin akan mati semuanya.
Ada
beberapa semak yang sangat karakteristik untuk batu gamping, karena mempunyai
afinitas terhadap bahan tersebut. Disebut dengan istilah tanaman calcicolous.
Misalnya boea, chirita, monophyllaea, paraboea (gesneriaceae). Puncak
perbukitan batu gamping hutan basah tropika di Sarawak dengan jenis tanah yang
kurang sekali kesuburannya, bersifat asam (pH=4,5) menumbuhkan tanaman sistem
karangas, seperti nephentes, vaccinium, rhododendron. Pada pinnacle karst di
Papua New Guinea tumbh jenis pohon casuarina papuana, agathis labillardieri,
hal mana juga ditemukan pada perbukitan waigeo di Irian Jaya, pada tanah gambut
masam.
Di
Tanam Nasional Gunung Mulu di Sarawak, terlihat tumbuh di kawasan batu gamping,
conifer dacrydium becorii, phyllocladus hypophyllus dan myrica esculenta. Di samping itu juga tumbuh beberapa jenis
tanaman yang menyukai lokasi terjal atau tergantung (overhang) seperti pada
bukit-bukit dan lereng-lereng terjal batu gamping.
Jenis tanaman ini digolongkan dalam
kelompok cremnophytes, antara lain termasuk alam golongan ini adalah pohon
beringin dan berbagai jenis paku-pakuan. Sebelum melakukan penghijauan suatu
kawasan karst, hendaknya dibahas dulu secara seksama secara multidisipliner,
lintas sektoral, apa tujuan dari penghijauan itu. Apakah untuk memperbaiki
oro-hidrologi, memperbaiki keadaan sosioekonomi rakyat setempat, untuk hutan
produktif, untuk tujuan wisata alam, untuk konservasi tanah (mencegah erosi),
untuk penunjang bagi usaha peternakan, pembakaran batu gamping menjadi kapur,
ataukah untuk tujuan ilmiah (silvikultur, plasma nutfah, flora-fauna karst,
dll). Erat dengan tujuan itu setiap tindakan hendaknya dilaksanakan secara
konsekuen dan terintegrasi secara konsisten. Mula-mula harus ditentukan jenis
tanaman mana yang potensial untuk digunakan (sesuai dengan ketinggian lokasi di
atas permukaan laut, jenis dan luas tanah tersedia, sudut kemiringan, iklim,
curah hujan, dana yang tersedia, sarana dan prasarana, waktu tanam, segi
ekonomis, jangka waktu yang disediakan untuk penghijauan kembali).
Misalnya
untuk memperbaiki hidrologi suatu kawasan karst yang sudah gundul, cukup
dilakukan penghijauan dengan menanam aneka semak belukar maupun tanaman penutup
tanah (ground cover vegetation) yang cepat tumbuh dan tahan kekeringan. Menanami
kawasan karst dengan jenis-jenis pohon dengan laju penguap-peluhan tinggi,
seperti pinus mercusii dan aneka jenis eucalypti yang tahan kekeringan seperti
eucalyptus urophylla dan E.alba akan berdampak lebih mengeringkan tanah. Hal
ini dikarenakan sistem perakarannya yang menginvasi percelahan-rekahan batu
gamping yang terkarstifikasi, juga akan melebarkan celah-rekah itu melalui
proses pelarutan kimia. Celah-rekah yang melebar itu kemudian memudahkan
terjadinya erosi tanah ke dalam interior karst, hal mana bermanifestasi sebagai
lapisan lumpur tebal pada dasar sungai-sungai bawah tanah (erosion en fissure).
Untuk
meneliti silvikultur secara ilmiah di kawasan karst dan memonitori ekologi
lingkungan harus diadakan pencatatan secara cermat dan teratur dari curah
hujan, debit dan fluktuasi debit sungai di dalam gua, taksonomi, daerah
penyebaran, frekuensi dan diversifikasi berbagai fauna dengan stres pada
aviafauna dan serangga (siang dan malam), sebagai agens penyebar serbuk bunga,
spora dan biji-bijian. Kelelawar, burung seriti dan walet penghuni gua juga
perlu dimonitor karena erat kaitannya dengan kondisi vegetasi di luar gua dan
jumlah serangga yang dimangsa oleh hewan itu.
Usaha
memonitor kualitas tanah (fisik, kimiawi) perlu dikerjakan karena keadaannya
tidak mungkin statis, dan akan mengalami perubahan kualitas dengan semakin
banyaknya tanaman tumbuh. Penyelidikan sedimen di atas kawasan karst ini
seyogyanya dilaksankan sambil menyelidiki kualitas dan kuantitas sedimen gua,
untuk dapat memonitor perubahan vegetasi tingkat kesuburan di atas tanah.
Denudasi
karst dan kecepatannya harus diukur. Makin banyak vegetasi dan sisa-sisa
organik yang tertumpuk di sautu kawasan karst, makin cepat timbul denudasi oleh
daya korosif air hujan yang tercemar dengan humus akibat kandungan CO2 galak di
dalamnya. Untuk itu perlu diletakkan satu bongkahan batu gamping dengan ukuran
tertentu, diletakkan di suatu tempat terbuka, dan diukur secara berkala (dua
kali setahun) untuk diukur kembali dengan cermat (pakai mikrometer) berapa
persen yang terlarut dalam setahun, dilengkapi data curah hujan pada periode
tersebut. Data yang diperoleh ini penting untuk dibandingkan dengan data jumlah
batu gamping yang larut dalam satuan waktu yang sama, curah hujan yang sama,
yang didapatkan dengan mengukur kesadahan (kandungan Ca(HCO3)2) dari sungai di
dalam gua pada periode itu. Semakin berhasil penghijauan, semakin besar denudasi
karst yang akan terjadi.
Kesuburan
tanah juga seyogyanya dimonitor dengan bantuan mikrofauna tanah seperti Collembola.
Collembola secara internasional telah dipakai sebagai parameter kesuburan
tanah. Jenis (spesies) sangat banyak. Spesifik sekali untuk satu lokasi. Untuk
dokumentasi telah disusun Internasional Register of Collembola di luar negeri,
antara lain dapat dilihat di laboratorium di bawah tanah MOULIS dari CNRS
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis).
Dari Indonesia baru dikenal sekitar 18 spesies
Collembola bawah tanah (subsoil) dan belum satupun Collembola gua yang dikenal.
Memonitor dinamika pembentukan tanah dan tingkat kesuburan di daerah karst
hendaknya dilaksanakan secara simultan dengan menyelidiki spesies dan kuantitas
(kepadatan per M2) Collembola di atas dan di dalam gua. Makin berhasil usaha
penghijauan suatu kawasan karst, makin banyak jenis dan kepadatan populasi
Collembola perunit luas.
Dari
uraian di atas kiranya jelas, bahwa menentukan vegetasi mana yang cocok untuk
suatu kawasan karst tertentu tidaklah mudah. Tergantung kepada tujuan
penghijauannya. Sifat fisik an kimiawi tanah, iklim, curah hujan, ketinggian di
atas permukaan laut, bahkan juga tergantung pada vulkanisme di kawasan
tersebut. Juga tergantung ada tidaknya agens-agens penyebarnya. Atau fauna
tanah yang membantu menyuburkan tanah di tempat itu. Karena itulah setiap usaha
penghijauan suatu kawasan karst harus didahului oleh suatu studi menyeluruh
secara multidisipliner, lintas sektoral, dimana sifat fisik karst itu sendiri
dan pedologinya mendapatkan prioritas tertinggi di samping sifat hidrologinya
yang dapat berbeda dari satu bagian kawasan karst ke bagian lain dari kawasan
yang sama.
Sukses
tidaknya tergantung pada pilihan tepat dari pada jenis-jenis tanamannya yang
disesuaikan dengan tujuan penghijauan itu, perawatannya secara kontinyu dan
ketekunan dari pihak pengelola yang tidakmengenal lelah. Bonus daripada
berhasilnya penghijauan tersebut adalah pemandangan elok, menghijau yang
mempunyai nilai kepariwisataan yang tinggi, di samping tentunya orohidrologi
yang mantap. Tidak mengenal adanya banjir (terutama di dalam gua) sewaktu musim
hujan dan sewaktu musim kemarau tetap tersedia air bersih yang dapat
dimanfaatkan rakyat di kawasan karst itu.